(demo) DIPANDANG SEBELAH MATA
14 March |
|Demonstrasi merupakan suatu kata peralihan dari bahasa latin yaitu demonstrationem yang berarti mempertunjukkan, yaitu sebuah gerakan protes yang dilakukan oleh sekumpulan orang dihadapan muka umum. Demonstrasi di Indonesia biasa disebut dengan demo.
Kebebasan yang sebebas-bebasnya berpendapat di Indonesia dimulainya pada saat lahirnya reformasi yang menjatuhkan rezim orde baru. Pada saat setelah itulah demo terjadi dimana-mana.
Demo yang dilakukan mahasiswa akhir-akhhir ini mendapatkan predikat buruk dimata masyarakat. Sungguh tidak masuk akal jika demo yang notabene demi kepentingan masyarakat itu sendiri dan semata-mata untuk masyarakat (tanpa pamrih) dibenci oleh masyarakat. Dan pada realitanya seperti itu, ada sesuatu yang salah pada demo itu sendiri yang perlu diselesaikan.
Bukan hanya masyarakat saja yang memandang sebelah mata akan aksi turun kejalan ini, tapi tidak sedikit dari kalangan mahasiswa itu sendiri membenci aksi turun kejalan. Dan yang pasti mereka membenci berdemo dengan berbagai alasannya masing yang mereka anggap alasan yang intelek, sebagian besar mahasiswa yang kontra dengan aksi demo mengaku bahwa "perbuatan turun kejalan merupakan hal yang sia-sia yang tidak akan berdampak apa pun, kecuali rasa cape para demonstran dan masuknya pemberitaan di TV daerah tentang aksi mereka, sedangkan subtansi yang mereka tuntutkan tidak direspon oleh yang dituntut". Tidak jarang hal ini memunculkan sikap sinisme diantara mahasiswa yang pro dan kontra akan adanya aksi demo.
Berbeda dengan alasan mahasiswa yang membenci berdemo, masyarakat membenci demo sebagian besar karena dipengarugi oleh media publik. BagaƬmana tidak, setiap hari masyarakat dicekokin dengan pemberitaan tentang demo yang negatif. Pembakaran ban bekas sudah dianggap sebagai ritual resmi yang harus ada setiap aksi demo, jalanan macet sudah menjadi efek minimal yang akan terjadi, perusakan fasilitas umum kerap terjadi, dan yang lebih parah terkadang terjadi jatuh korban, entah dari pihak pendemo atau aparat yang menjaga demo.
Penyelesaian dengan pendekatan filsafat
Demo, biasa dilakukan oleh mahasiswa karena adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan pemerintah yang seharusnya dilakukan.
Yang perlu diingat berdemo tidak hanya dilakukan dengan cara turun kejalan,tetapi juga bisa dilakukan dengan cara berdiskusi atau dengan cara lainya yang tidak harus turun kejalan.
Masyarakat sudah menilai negatif akan berdemo akibat media publik yang memberitakan hal negatif. Ini tidak sepenuhnya kesalahan media, media memang memberitakan hal-hal yang laku dimasyarakat dan kebetulan yang laku itu bertema anarkis pada demo. Yang perlu digarisbawahi adalah tidak akan ada asap jika tidak ada api, mahasiswa yang akan berdemo sebaiknya perlu mempersiapkan segalanya secara hati-hati. Perlu adanya kajian yang mendalam akan hal permasalahan yang akan dijadikan materi dalam berdemo, jangan sampai ada mahasiswa yang berdemo berteriak yel-yel tetapi tidak tahu permasalahan yang sebenarnya. Perlu dipastikan dalam setiap aksinya jangan sampai ada sikap anarkis atau perusakan fasilitas umum.
Mediapun sebaiknya jangan menyoroti demo yang negatif saja karena masih banyak mahasiswa yang berdemo secara positif, perlu adanya keseimbangan.
Adanya sikap sinisme diantara para mahasiswa akan adanya pro dan kontra dalam berdemo.
Permasalahan inti dari hal ini adalah adanya sikap yang tidak saling menghargai satu dengan yang lain, terjadi perasaan hal yang paling benar diantara diri mereka masing-masing. Sikap ini memang sudah menjadi inti permasalahan yang universal. Yang kontra merasa tidak perlu berdemo tapi dengan jalan lain, sedangkan yang pro merasa memang perlu adanya hal yang mengingatkan akan ketidak sesuaian kebijikan.
Hal ini perlu diselesaikan cuma hanya dengan sikap kerendahan hati setiap mahasiswa, saling menerima cara masing-masing dalam hal memperjuangkannya, jangan ada yang saling menyalahkan cara satu dan yang lainnya. Karena berbeda cara tetap pada akhirnya satu tujuan juga.
Yang pasti jangan mementingkan diri sendiri, lihatlah PRESMA dengan toak kebanggaannya meneriakkan lagu totalitas perjuangan menuntut turunnya biaya spp yang sebenarnya dia sendiri mampu membayarnya dua kali lipat.
Kebebasan yang sebebas-bebasnya berpendapat di Indonesia dimulainya pada saat lahirnya reformasi yang menjatuhkan rezim orde baru. Pada saat setelah itulah demo terjadi dimana-mana.
Demo yang dilakukan mahasiswa akhir-akhhir ini mendapatkan predikat buruk dimata masyarakat. Sungguh tidak masuk akal jika demo yang notabene demi kepentingan masyarakat itu sendiri dan semata-mata untuk masyarakat (tanpa pamrih) dibenci oleh masyarakat. Dan pada realitanya seperti itu, ada sesuatu yang salah pada demo itu sendiri yang perlu diselesaikan.
Bukan hanya masyarakat saja yang memandang sebelah mata akan aksi turun kejalan ini, tapi tidak sedikit dari kalangan mahasiswa itu sendiri membenci aksi turun kejalan. Dan yang pasti mereka membenci berdemo dengan berbagai alasannya masing yang mereka anggap alasan yang intelek, sebagian besar mahasiswa yang kontra dengan aksi demo mengaku bahwa "perbuatan turun kejalan merupakan hal yang sia-sia yang tidak akan berdampak apa pun, kecuali rasa cape para demonstran dan masuknya pemberitaan di TV daerah tentang aksi mereka, sedangkan subtansi yang mereka tuntutkan tidak direspon oleh yang dituntut". Tidak jarang hal ini memunculkan sikap sinisme diantara mahasiswa yang pro dan kontra akan adanya aksi demo.
Berbeda dengan alasan mahasiswa yang membenci berdemo, masyarakat membenci demo sebagian besar karena dipengarugi oleh media publik. BagaƬmana tidak, setiap hari masyarakat dicekokin dengan pemberitaan tentang demo yang negatif. Pembakaran ban bekas sudah dianggap sebagai ritual resmi yang harus ada setiap aksi demo, jalanan macet sudah menjadi efek minimal yang akan terjadi, perusakan fasilitas umum kerap terjadi, dan yang lebih parah terkadang terjadi jatuh korban, entah dari pihak pendemo atau aparat yang menjaga demo.
Penyelesaian dengan pendekatan filsafat
Demo, biasa dilakukan oleh mahasiswa karena adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan pemerintah yang seharusnya dilakukan.
Yang perlu diingat berdemo tidak hanya dilakukan dengan cara turun kejalan,tetapi juga bisa dilakukan dengan cara berdiskusi atau dengan cara lainya yang tidak harus turun kejalan.
Masyarakat sudah menilai negatif akan berdemo akibat media publik yang memberitakan hal negatif. Ini tidak sepenuhnya kesalahan media, media memang memberitakan hal-hal yang laku dimasyarakat dan kebetulan yang laku itu bertema anarkis pada demo. Yang perlu digarisbawahi adalah tidak akan ada asap jika tidak ada api, mahasiswa yang akan berdemo sebaiknya perlu mempersiapkan segalanya secara hati-hati. Perlu adanya kajian yang mendalam akan hal permasalahan yang akan dijadikan materi dalam berdemo, jangan sampai ada mahasiswa yang berdemo berteriak yel-yel tetapi tidak tahu permasalahan yang sebenarnya. Perlu dipastikan dalam setiap aksinya jangan sampai ada sikap anarkis atau perusakan fasilitas umum.
Mediapun sebaiknya jangan menyoroti demo yang negatif saja karena masih banyak mahasiswa yang berdemo secara positif, perlu adanya keseimbangan.
Adanya sikap sinisme diantara para mahasiswa akan adanya pro dan kontra dalam berdemo.
Permasalahan inti dari hal ini adalah adanya sikap yang tidak saling menghargai satu dengan yang lain, terjadi perasaan hal yang paling benar diantara diri mereka masing-masing. Sikap ini memang sudah menjadi inti permasalahan yang universal. Yang kontra merasa tidak perlu berdemo tapi dengan jalan lain, sedangkan yang pro merasa memang perlu adanya hal yang mengingatkan akan ketidak sesuaian kebijikan.
Hal ini perlu diselesaikan cuma hanya dengan sikap kerendahan hati setiap mahasiswa, saling menerima cara masing-masing dalam hal memperjuangkannya, jangan ada yang saling menyalahkan cara satu dan yang lainnya. Karena berbeda cara tetap pada akhirnya satu tujuan juga.
Yang pasti jangan mementingkan diri sendiri, lihatlah PRESMA dengan toak kebanggaannya meneriakkan lagu totalitas perjuangan menuntut turunnya biaya spp yang sebenarnya dia sendiri mampu membayarnya dua kali lipat.
0 berbicara:
Post a Comment